PRABOWO DAN MANUSIA-MANUSIA PALSU DI SEKELILINGNYA

 



Melambai-lambai, nyiur di pantai

Berbisik-bisik Raja kelana

Memuja pulau

Nan indah permai, tanah airku Indonesia

Kesejahteraan alam nan indah di tanah air sekarang hanya tersisip rapi di dalam lirik-lirik lagu Nasioanal, sisanya habis dilahap hewan-hewan rakus berkepala manusia.

Banjir bandang yang terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat bukanlah bencana yang bisa di atasi dalam kurun waktu sebentar, artinya hal ini bukan main-main. Di samping itu kita harus menyoroti apa faktor-faktor yang membuat bencana itu datang dengan riang. Kerusakan alam, itu kemungkinannya, ya itu, kerakusan manusia-manusia berotak kerdil. Kita sudah tahu bahwa tanah-tanah di wilayah SUMUT dan SUMBAR adalah tanah-tanah yang rentan mengalami erosi, karena letak tanahnya yang relatif curam, sayang sangat disayang hal itu tidak cukup untuk membuat para manusia-manusia rakus itu khawatir akan kerusakan alam, alih-alih merawatnya mereka melibas habis hutan-hutan di sana dan menyulapnya dengan berkhektar-hektar kebun kepala sawit. Sial. “Sial” kata yang paling ideal untuk kita, terkutuklah mereka, terkutuklah.

“Ada yang teriak-teriak ini ingin dikatakan bencana nasioanal, ini tiga Provinsi dari tiga puluh delapan Provinsi. Jadi situasi terkendali saya monitor terus” Ungkap Pak Prabowo. Entalah, apa yang dilaporkan oleh bawahannya Pak Prabowo sehingga bisa berbicara dengan tegas bahwa “situasi terkendali”. Sejak kasus MBG Pak Prabowo lagi-lagi tidak mendapatkan laporan yang sesauai faktanya, sepertinya itu salah satu kemalangan Pak Prabowo.

Lalu melansir oleh KOMPAS 17 Desember 2025 Presiden Prabowo menegaskan jika belum membutuhkan bantuan asing dan menilai kondisi penanganan bencana masih terkendali.
lalu, arti kata “terkendali” di sini apa? Apakah korban yang tidak makan 4 hari berturut-turut? Korban yang kekurangan air bersih? Korban jiwa yang setiap hari bertambah karena kelaparan? Atau kepala keluarga yang nanar duduk di depan rumahnya  sambil melihat rumah sudah tenggelam oleh lumpur? Apakah itu semua “terkendali”? Ah, sekali lagi, sungguh kemalangan Pak Prabowo selalu mendapatkan laporan yang tidak sesuai di lapangan dari bawahannya.

Lalu oleh  Detiksumut pada kamis 11 Desember 2025 melansir/ "Tenda bertuliskan BNPB banyak terpasang rapi di jembatan sungai Tamiang, Kecamatan Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang. Tenda tersebut ternyata baru dipasang menjelang kedatangan Presiden Prabowo." 


Kemudian ada lagi “Sistem kelistrikan di Provinsi Aceh sudah menyala 93 persen” Bapak Bahlil dengan percaya diri mengatakan itu, yang padahal masih banyak sekali warga kesusahan karena listrik tak kunjung menyala. Berkali-kali Pak Prabowo harus menerima kabar menyenangkan yang hanya dibuat-buat oleh bawahannya, bukankah itu suatu kemalangan?

Lalu, terlepas dari itu semua, apakah Pak Prabowo tidak bisa disalahkan hanya karena itu semua perbuatan mentrinya yang inkompeten? Sudah jelas jawabannya, semua harus diluapkan padanya, karena pada dasarnya beliau lah yang membuat kabinetnya menjadi ajang teater, beliau lah yang membuat sendiri lingkungan semacam itu (Pak Prabowo yang memilih mentri-mentrinya sendiri). 

Sayang amat disayang.

Mengingat apa yang dikatakan oleh Gus Dur “Bahwa Prabwo betul-betul ikhlas kepada rakyat Indonesia.”  


 

Referensi:

INews

Kompas.id

Tempo

 Detiksumut

Posting Komentar

0 Komentar

Cari Blog Ini