Sepi

Merah kebiruan sudah tertera diatas langit. Semua sudah tahu alur yang telah sempit, Disetiap sajak yang kubuat dengan sulit,  Aku selalu menjerat asap untuk menjerit.

Disamping dinding hijau, ku hanya mendengar nyamuk dan lalat  yang sedang rapat.    
Di Sofa berwarna marun aku pun menulis sesuatu untuk kusimpan;
Burung-burung itu selalu datang ketika magrib,
Dia menyapaku dalam tangisannya,
Dia sepi, begitupun aku.

Di sini hanya ada jendela kuning
Aku coba bicarakan hal ini kepada gamma disana,      
Lantas burung itu datang lagi.
Dia katakan sekali lagi "sepi" aku hanya ingin seorang diri.
Satu bulan kukatakan aku lebih suka sepi dan sendiri,
Teman terbaikku sudah datang burung,
Dia bertanya terheran-heran. "Siapa temanmu"? 
"Sepi" kujawab dengan gercap.
Sepi dan sendiri adalah pribadi.
Aku sepi, burung tersenyum lalu pergi.


                   

Posting Komentar

0 Komentar

Cari Blog Ini