Sebentar

Desa Muarabaru Sejak Bulan Januari_

Selaku Mahasiswa yang terkesan bodoh, hamba tentu mengikuti segelintir kegiatan yang dibuat oleh kampus, contohnya KKN.

Kegiatan KKN yang sedikit banyaknya ada beberapa peraturan dan ketentuan yang membosankan, dominan isi dari ketentuannya adalah kalimat perintah, itu semua diajakuan dan di tanggungi oleh LPPM yang dilingkup dan disetujui oleh Rektorat. 
Segelintir orang menikmati tekanan itu, dengan alasan memang sudah ketentuan, dan menganggap ketentuan itu yang terbaik diberikan kepada Mahasiswa yang akan melaksanakan KKN, segelintir sebagian lain sedikit mengeluh, bahkan terkesan membangkang dengan kesia-sian, Karena apalah daya, yang protes hanya Mahasiswa yang tentunya tanpa daya dan sedikit bicara, mau tidakmau mereka harus mengikuti arus air yang keruh 

Perlu digaris bawahi, Kampus hamba terletak di Antartika barat dengan menjunjung nama kampus yakni, UR (Universitas Rumput). 

Demikian sampai pada pucuk pelaksanaan, tentunya para peserta KKN berpikir keras atas segala proses dan program yang akan dilaksanakan nanti, yaps! berpikir keras, sangking kerasnya sampai rencananya pecah amburadul, dan kebetulan hamba termasuk dari pecahan tersebut, hamba berbakti kepada segenap peraturan dan ketentuan yang membosankan, hamba membayar semua akomodasi, dan lain yang mungkin bisa jadi menghilangkan dompet dan segala isi. (Hamba turut mengikuti).

Masuk pada pelaksanaan program kerja

MEMBUAT PLANG SERASA MENJADI PAHLAWAN PERANG. 

Satu-satunya, dan memang program pamungkas yang kerap dikerjakan oleh setiap Mahasiswa Universitas Rumput adalah membuat plang jalan, bentuk, motif dan bahannya beragam. Golongan menengah kebawah memakai bambu, sedikit dihiasi cat kiloan yang murah, golongan menengah keatas memakai besi dan komplit dengan hiasan layaknya program yang di usung olah kaum jutawan. 

Lantas subtansi dan esensi dari membuat plang relatif tidak dibutuhkan, upss.
Sebentar, coba kita perhatikan secara objektif, apa yang membuat kemudian para masyarakat dan aparatur desa merasa terbantu oleh program tersebut? Apakah dengan adanya plang masyarakat akan terbantu, apakah dengan adanya plang para pendatang atau tamu desa setempat merasa terarah pada tujuan akhirnya, saya katakan dengan segala ketakutan, tidak!! 
Ada maps, ya sekarang ada maps, dan akan ada warga setempat yang nantinya akan mengarahi jalan, dan banyak alternatif lain yang menjurus dan mengkonotasikan agar Mahasiswa UR tidak usah membuat program pamungkasnya itu, kemudian ada beberapa dalih yang Mahasiswa UR akan lontarkan;
1.Dengan adanya plang jalan kita akan mudah mengindentifikasi, dan menamai setiap dusun dan desa dengan mudah.
2. Dengan adanya plang semua jalan akan mempunyai nama, apalagi jalan di perkampungan, akan lebih mudah mencari nama tempat.

Ya, benar saja dugaan hamba, Mahasiswa UR sangat berpikir keras saat merencanakan sesuatu sampai pada akhirnya sangking kerasnya kemudian pecah, pecah! Ancur, dan saya salah satu serpihan pecahan itu.

Hamba bodoh dan tidak bersuara.


Sebenarnya masih banyak yang saya ingin tulis, tapi jujur, saya malas!

Posting Komentar

0 Komentar

Cari Blog Ini