Tanah tanggung, Muarabaru


30 Januari 2024 di atas tanah tanggung

Setiap langkah yang ditujukan oleh pendidikan adalah murka dan cacian iblis. Maka terkutuklah pendidikan atas nama iblis.

Setiap nafas yang diperuntukkan oleh pengabdian adalah ribuan liur hina dari pemerintah dzolim, maka terhinalah pendidikan atas nama penguasa.

Setiap kegembiraan yang terbentuk dari pertemanan adalah makian dari sang pembenci maka termakilah pertemanan atas nama pembenci.

Pada suasana yang sepi dan dihiasi awan kelabu yang tak kunjung putih, dengan lingkungan yang dihiasi rumput, dengan pendopo dominan kalut tapi nyaman, hamba menulis dengan bentuk yang paling buruk! Ini semacam catatan akhir. 

Desa ini bukanlah desa yang berbeda, sama-sama mempunyai pohon rindang, sawah yang lengang, warga yang ramah dan lain sebagainya. Hamba ingin sedikit mencatat persamaan itu dengan bahasa dan frasa sedikit urak.

Aku mencatat dengan keadaan yang sedikit pucat, dengan pulpen nyata hitam pekat, dan buku entah darimana aku dapat.

Sekelebat terbesit di pikiran hamba, apakah pengabdian hamba benar-benar komitmen atas dasar pengabdian? Atau apakah masih ada kebodohan yang hamba masih simpan di saku celana?
Hamba khawatir ini semua tentang nilai yang dituntut dari ranah akademik, yang padahal itu sendiri tidak ternilai di kehidupan hamba.

Maka hamba mencatat sebagian kecil peristiwa yang sedang ramai di bangku pikiran hamba sendiri, hamba mencatat tempat, ya tempat. Apakah hamba betul-betul mengabdi di tempat yang tenang ini? Atau malah melukai kepunyaan intelektual diri.
Singkatnya sampai saat ini rekan, sekawan, gelagat, perilaku, program, belum ada yang betul-betul berperan di masyarakat, termasuk diri hamba!

-Apakah dengan membuat suatu perlombaan dengan iming-iming hadiah sudah termasuk berperan?

-Atau apakah mengikut campuri guru yang sedang fokus mengajar? Hehe tentu tidak, justru hal itu terkesan menggangu, maksudnya mengubah skema pembelajaran.

-Atau apakah bertanya ke satu-persatu masyarakat tentang keadaan ekonominya? Sama sekali tidak bermanfaat.

-atau memakai senjata pamungkas, ya. Membuat plang jalan. Hahaha tidakkk, sama sekali tidak

-atau membuat masyarakat tertawa, senang gembira? Itu ku rasa juga tidak, walaupun akan terkenang tapi untuk kemakmuran yang berkelanjutan itu tentu tidak ada apa-apanya.

Masih banyak pertanyaan dan pernyataan yang ingin hamba tulis di sini, sebenarnya pertanyaan dan keraguan ini sudah tumbuh sejak dini, sejak dini hari di waktu pertama kali hamba menginjakan ke tanah Muarabaru yang syahdu ini.

Terlepas dari itu semua hamba menjadi bangga kepada apapun yang pernah hamba lakukan, upaya yang kerap gagal, keterbatasan waktu, biaya dan juga tempat, itu semua membuat hamba menjadi hamba yang terus berpikir setiap kali hamba membuat keputusan dan melakukan langkah, walaupun hamba terus khawatir akan subtansi dari pengabdian ini. 

Pasalnya pengabdian yang benar adalah pengabdian yang melahirkan kesan, ya kesan.

Ah sudah–
Matahari sudah pulang pada ufuknya dan tulisan ini belum selesai tentunya.

Note: tulisan ini adalah salinan dari tulisan asli yang ditulis di kertas kardus bekas air mineral

Posting Komentar

0 Komentar

Cari Blog Ini